cs@panduwijayanegara.com
Sejak Lama Bumi Menyimpan Karbon dengan baik
Menurut beberapa tulisan, bahwa bumi ini awalnya seimbang, dengan keanekaragaman hayati baik tumbuhan maupun hewan hidup berkecukupan tanpa polusi baik air, udara, maupun tanah. Karbondioksida di udara, melalui pepohonan diserap dan disimpan di dalam tanah. Berlalunya waktu sampai ribuan dan jutaan tahun, simpanan karbon berada di dalam tanah dan mineral, seperti tanah gambut, batubara, minyak bumi dan mineral lain.
Simpanan Karbon Bumi Mulai menjadi Emisi Karbon
Sejak dimulainya era Industri, dimulailah eksplorasi, pencarian sumber energi dengan menambang (mengeruk bumi) seperti bahan bakar fossil, termasuk batubara. Bertahun tahun lamanya manusia telah melakukan pertambangan yang dapat berakibat lepasnya karbondioksida ke alam bebas yang tadinya sudah tersimpan di dalam tanah, seperti tanah gambut, karst, kapur dlsb. Ini yang tidak disadari sehingga seiring berjalannya waktu, emisi karbon semakin meningkat, dan naiklah suhu bumi sampai saat ini yang dapat kita rasakan bahwa bumi semakin panas, yang dapat berakibat pencairan es di kutub, adanya ketidakseimbangan alam ini menyebabkan banyak bencana alam.
Bagaimana Solusinya...?
Oleh karena itu saat ini adalah momentum, bagi kita manusia untuk memperbaiki alam, sekaligus mencari energi yang baik cara mencarinya ataupun energi yang dihasilkannya semua ramah lingkungan, tidak merusak lingkungan dan memperbaiki lingkungan. Alangkah baiknya jika Sumber Daya Hayati dan sumber Daya Lahan di seluruh Indonesia tidak dirusak dan dipelihara kealamiannya sebagai sumber produksi oksigen sekaligus sumber serapan emisi karbon global. Hal ini mempunyai nilai ekonomi yang besar, sehingga serapan emisi karbon dari semua itu bisa diukur dan disertifikasikan, serta diperdagangkan di bursa karbon Indonesia, sehingga Indonesia menjadi poros karbon dunia.
Bila Energi Fosil Habis, apa persiapan gantinya...?
Apabila pertambangan energi fosil dihentikan guna memperbaiki lingkungan, lalu pengganti energi fosil perlu dipikirkan. Untuk saat ini kami baru menemukan pohon atau tanaman hutan yang menghasilkan bioenergi (Biosolar, bioavtur, bioLPG, dlsb), dengan hasil penelitian rendemen sekitar 50-75% (menurut Prof Budi Leksono, peneliti nyamplung), dan tidak bersinggungan dengan pangan, ini sangat mungkin untuk dibudidayakan, sehingga keberadaan bahan baku (feedstock) terjamin untuk suplai bahan baku bioenergi. Maka untuk saat ini momentum dilakukan penanaman pohon nyamplung (tanaman hutan penghasil bioenergi), selain berfungsi sebagai penyerapan emisi karbon (dekarbonisasi) juga sebagai penyedia bahan bakar non fosil (BBM Non Fosil) sebagai bahan baku biosolar, bioavtur bioLPG dlsb, untuk persiapan transisi energi dari energi fosil ke energi non fosil di masa mendatang.
Dapatkan Energi Bersih dan Memperbaiki Lingkungan, Tanpa merusak Lingkungan, bernilai Ekonomi besar.
PEOPLE - PLANET - PROFIT
© PT. Pandu Wijaya Negara. All Rights Reserved.